Kamis, 09 Desember 2010

Puisi

Penggolongan puisi untuk peserta didik sering menjadi persoalan tersendiri. Kebanyakan dari mereka kurang memahami dasar pengelompokannya. Berikut ini salah satu masukan yang bisa dipertimbangkan bagi mereka. Penggolongan puisi menurut zamannya:
1. Puisi lama yang memiliki ciri-ciri terikat jumlah baris per baitnya atau jumlah silaba per larik dan terikat pula persajakannya. Contoh bentuk ini antara lain pantun, syair, gurindam, seloka, dan karmina.
2. Puisi baru yang memiliki ciri-ciri terikat jumlah baris per baitnya, tetapi tidak terikat persajakannya. Contoh puisi ini antara lain distikon, tersina, kuatrin kuin, sekstet, septima, stanza (oktava), dan soneta.
3. Puisi modern yang memiliki ciri-ciri bebas dalam bentuk dan persajakan karena yang diutamakan adalah makna yang terkandung di dalamnya. Contoh bentuk ini adalah puisi-puisi tahun 40-an hingga sekarang.
4. Puisi kontemporer yang meliputi puisi mantra, puisi mbeling, dan puisi konkret. Puisi mantra adalah puisi yang mengabaikan bentuk, bahkan kata-kata karena yang diutamakan adalah akibat di balik kata-kata yang dipakai, seperti kata-kata yang dipakai oleh para pesulap. Puisi mbeling adalah puisi yang berupa permainan kata-kata, bahkan ada yang berupa kredo (pengadilan atau sindiran terhadap puisi itu sendiri). Contoh puisi yang berjudul "Akhir sebuah Doa" Amin.Puisi konkret adalah puisi yang mengutamakan grafis atau bentuk fisik puisi yang menyerupai gambar atau bentuk tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar